Di antara kabut Nianhua yang abadi, terlukis wajahmu, gege. Bukan di atas kanvas, bukan pula di cermin air, melainkan di dalam relung jiwaku yang paling tersembunyi. Sebuah lukisan tanpa akhir, sebuah mimpi tanpa bangun.
Kau, sang pangeran bulan sabit, dengan senyum yang bagai embun pagi di kelopak lotus. Aku, hanyalah serpihan bintang jatuh, berani memimpikan cahayamu. Kita bertemu di taman Suzhou, di bawah pohon wisteria yang menangiskan rindu. Tatapanmu bagai sungai yang tenang, namun menyimpan pusaran badai yang tak terucapkan.
Cinta kita, bukan tarian naga di langit festival, melainkan bisikan angin di antara daun bambu. Sentuhanmu, bukan bara api yang membakar, melainkan hembusan salju yang menusuk tulang. Kita berbicara dengan mata, dengan diam, dengan hati yang saling memanggil dalam kesunyian Chang'an.
Hari-hari berlalu bagai lukisan gulir yang tak pernah selesai. Setiap senja adalah perpisahan, setiap fajar adalah harapan palsu. Perang Dingin membentang di antara kita, dinding tak kasat mata yang dibangun oleh takdir dan kehormatan. Kau, terikat pada mahkota dan kekaisaran. Aku, terperangkap dalam jaring-jaring keluarga dan tradisi.
Semakin kau mendekat, semakin aku menjauh. Semakin kau mencintai, semakin aku membenci. Bukan kau, gege, melainkan diri sendiri. Karena mencintaimu adalah dosa, memiliki dirimu adalah mimpi terlarang.
Lalu, datanglah hari itu. Di balik tabir sutra istana, di tengah gemerlap lentera dan musik yang memabukkan, kau menatapku. Bukan dengan cinta, bukan dengan rindu, melainkan dengan KEBENARAN yang menghancurkan.
"Kau tahu, bukan?" bisikmu, suaramu serak bagai melodi yang patah. "Lukisan ini, taman ini, semua ini… hanya ada di dalam ingatanku. Kau… kau adalah bayangan dari masa lalu, seorang putri dari dinasti yang hilang, yang aku cintai… sebelum aku menjadi kaisar."
Saat itu, misteri terpecahkan. Aku bukan bintang jatuh, bukan serpihan mimpi. Aku adalah gema dari masa lalu, hantu yang menghantui ingatannya. CINTA KITA TIDAK PERNAH NYATA! Selamanya, hanya ilusi yang terukir di dinding waktu.
Keindahan kisah ini, sayangnya, justru menusuk lebih dalam. Karena tahu bahwa cinta kita hanyalah rekaan, hanya kenangan yang dimuliakan, membuatku ingin berteriak, ingin menangis, ingin kembali ke ketiadaan.
Dan kini, dalam keheningan abadi, hanya satu kalimat yang terngiang: Dulu, di kehidupan yang lain, apakah kita benar-benar bahagia?
You Might Also Like: 0895403292432 Peluang Bisnis Skincare
0 Comments: